What is the translation of " CONSTRUCTIVE BEHAVIOR " in Indonesian?

• perilaku membangun

Examples of using Constructive behavior in English and their translations into Indonesian

In the long term, the main cause for happiness is constructive behavior.
Dalam jangka panjang, sebab utama kebahagiaan adalah perilaku yang membangun.

We're not talking about the constructive behavior of what a Buddha does.
Kita tidak berbicara tentang perilaku membangun yang dilakukan seorang Buddha.

From the Buddhist point of view, the cause of happiness is constructive behavior.
Dari sudut pandang Buddha, sebab kebahagiaan adalah perilaku yang membangun.

Constructive behavior is better than destructive behavior..
Maka tindakan konstruktif adalah lebih baik daripada tindakan yang destruktif.

If we experience happiness, we can be certain that it ripened from constructive behavior.
Jika kita mengalami kebahagiaan, kita bisa yakin bahwa itu matang dari perilaku membangun.

For constructive behavior, we just have unawareness of deepest truth.
Untuk perilaku yang membangun, kita hanya memiliki ketidaksadaran kebenaran terdalam saja.

Unhappiness results from destructive behavior and happiness from constructive behavior.
Ketidakbahagiaan berasal dari perilaku merusak dan kebahagiaan dari perilaku yang membangun.

Whereas happiness derives from constructive behavior committed out of wisdom and compassion.
Sedangkan kebahagiaan berasal dari perilaku membangun yang dilakukan karena kebijaksanaan dan welas asih.

Constructive behavior refers to when we feel like swatting a mosquito to kill it, we don't act on our feeling.
Perilaku yang membangun adalah ketika kita merasa ingin memukul seekor nyamuk untuk membunuhnya, kita tidak melakukannya.

Likewise, when we experience happiness, it is the result of our own previously committed constructive behavior and actions.
Demikian pula, saat kita mengalami kebahagiaan, itu merupakan akibat dari tindakan atau perilaku membangun yang kita perbuat sendiri sebelumnya.

Constructive behavior is the restraint not to kill and to find a more peaceful way of removing the mosquito from our room.
Perilaku membangun adalah tindakan menahan diri untuk tidak membunuh dan mencari penyelesaian yang lebih damai untuk mengeluarkan nyamuk itu dari kamar kita.

We need to be convinced of the causal relationship between destructive behavior and unhappiness, and between constructive behavior and happiness.
Dan kita harus yakin pada hubungan sebab-akibat antara perilaku merusak dan ketakbahagiaan dan hubungan sebab-akibat antara perilaku membangun dan kebahagiaan.

The way that it's explained is that constructive behavior is where we refrain from destructive behavior, which we need to thoroughly understand.
Cara menjelaskannya adalah bahwa perilaku membangun itu berarti menahan diri dari perilaku merusak, yang perlu kita pahami secara menyeluruh.

But if we never hunted and had no interest in hunting, then the fact that we don't hunt is not counted as constructive behavior, even if it is a good thing.
Tetapi jika kita tidak pernah berburu dan tidak tertarik untuk berburu, maka fakta bahwa kita tidak berburu tidak dihitung sebagai perilaku yang membangun, meskipun ini adalah hal yang baik.

So, constructive behavior is refraining from acting negatively when we want to act negatively, when that is the habit or tendency that we have.
Jadi, perilaku membangun itu menahan diri dari tindakan negatif ketika kita ingin bertindak secara negatif, ketika itulah memang kebiasaan atau kecenderungan yang kita punya.

So, what we are encouraged to do could be something that is directly constructive, constructive in itself, or it could simply be something that helps support our constructive behavior.
Jadi, kegiatan yang kita dorong untuk dilakukan bisa saja sesuatu yang bersifat membangun secara langsung, atau sekadar sesuatu yang menyokong perilaku membangun kita.

There can be constructive behavior that is not compulsive, which is not based on this belief in the false“me,” but here we're talking about the karmic one, the one that is compulsive.
Ada perilaku membangun yang tidak bersifat gandrung, yang tidak didasari keyakinan pada aku yang palsu ini, tetapi di sini yang kita bahas adalah yang bersifat karma, yang gandrung.

We might think that happiness and pain come to us as a reward or punishment or things like that, but Buddha spoke of the true cause as destructive and constructive behavior.
Mungkin kita berpikir bahwa kebahagiaan dan rasa sakit itu kita alami sebagai hadiah atau hukuman atau sejenisnya, tetapi Buddha berkata bahwa sebab sejatinya adalah perilaku merusak dan perilaku membangun.

In carefully cultivating constructive behavior and trying our hardest not to harm others, we create the basis and the causes for a happier now, and a happier tomorrow.
Teliti membudidayakan perilaku membangun dan mencoba sekuat tenaga untuk tidak mencelakai orang lain, kita menciptakan dasar dan sebab bagi masa kini yang lebih bahagia, dan masa depan yang lebih bahagia.

When we use, instead, the term“positive potential” for this term, we more easily see that what is meant is that constructive behavior builds up a positive potential for experiencing happiness.
Sebagai gantinya, ketika kita menggunakan istilah potensi positif, kita akan lebih mudah melihat apa yang dimaksud dengan perilaku konstruktif yang akan mengumpulkan potensi-potensi positif untuk mengalami kebahagiaan.

We're talking about compulsive constructive behavior, somebody who is compulsively doing good which is based on an ego trip, compulsively having to be perfect and do everything right.
Kita berbicara tentang perilaku membangun yang kompulsif, seseorang yang secara kompulsif berbuat baik yang berdasarkan pada sandungan ego, secara kompulsif harus sempurna dan melakukan segala sesuatu dengan benar.

In our last session, we saw that if we experience unhappiness, it's the result of destructive behavior, and if we experience ordinary happiness, it's the result of constructive behavior.
Kita melihat bahwa kita paham jika kita mengalami ketidakbahagiaan maka itu adalah hasil dari perilaku merusak, dan jika kita mengalami kebahagiaan lazim maka itu adalah hasil dari perilaku yang membangun.

The phrase is a“friend for constructive behavior,” with the word“constructive” sometimes translated as“virtuous,” meaning a friend with whom our constructive behavior grows and grows.
Frasa yang aslinya adalah' teman untuk perilaku membangun', dengan kata' membangun' kadang diterjemahkan sebagai' bajik', yang berarti teman yang dengannya perilaku membangun kita semakin bertumbuh.

We saw that we can understand that if we are experiencing unhappiness it's the result of destructive behavior, and if we're experiencing ordinary happiness it's the result of constructive behavior.
Kita melihat bahwa kita paham jika kita mengalami ketidakbahagiaan maka itu adalah hasil dari perilaku merusak, dan jika kita mengalami kebahagiaan lazim maka itu adalah hasil dari perilaku yang membangun.

Constructive behavior is not just continuing education but also working on ourselves to be able to develop the emotional skills as well, to be able to help others in an effective, balanced way.
Perilaku membangun itu bukan hanya tentang melanjutkan pendidikan saja tapi juga berupaya agar diri kita mampu mengembangkan keterampilan perasaan pula, supaya mampu menolong orang lain secara sangkil dan seimbang.

It is by having confidence in this that we will have more and more confidence in the most basic law of karma, which is that destructive behavior leads to unhappiness and constructive behavior leads to happiness.
Jadi, oleh jenis penyelidikan inilah kemudian kita mulai memiliki kepercayaan yang semakin tinggi dalam hukum karma yang paling dasar, yaitu perilaku merusak berujung pada ketakbahagiaan dan perilaku membangun berujung pada kebahagiaan.

It is important to remember that the discussion of karma includes urges that bring on not only destructive behavior, but also constructive behavior mixed with confusion and unspecified behavior mixed with confusion.
Penting kiranya untuk mengingat bahwa pembahasan tentang karma mencakup desakan-desakan yang tidak hanya memunculkan perilaku merusak, tapi juga perilaku membangun yang bercampur dengan kebingungan dan perilaku tak-tentu yang bercampur dengan kebingungan.

With the deepest non-conceptual understanding of voidness- that there's no solid“me” and so on- you start to rid yourself of both the disturbing emotions that would accompany destructive behavior as well as the disturbing attitudes that accompany even constructive behavior.
Dengan pemahaman nircitra terdalam akan sunyata- bahwa tidak ada" aku" yang padu dan seterusnya- Anda mulai membersihkan Anda dari perasaan gelisah yang akan menyertai perilaku merusak maupun dari sikap gelisah yang menyertai perilaku membangun.

If you experience ordinary happiness- the type of happiness that doesn't last and never satisfies, but yet still feels good- it's the long-term result of constructive behavior done under the influence of positive emotions, such as patience and kindness.
Jika Anda mengalami kebahagiaan biasa- jenis kebahagiaan yang tidak bertahan dan tak pernah memuaskan, tapi tetap terasa nyaman- itu adalah hasil jangka panjang dari perilaku membangun yang dilakukan di bawah pengaruh perasaan-perasaan positif, seperti kesabaran dan kebaikan.

How, then, do we understand the causal relationship between unhappiness and destructive behavior based on disturbing emotions, and the causal relationship between happiness and constructive behavior that is relatively free of disturbing emotions?
Lalu, bagaimana kita memahami hubungan sebab-musabab antara ketidakbahagiaan dan perilaku merusak yang dilandasi perasaan-perasaan gelisah, dan hubungan sebab-musabab antara kebahagiaan dan perilaku membangun yang bebas dari perasaan-perasaan gelisah?